Senin, 22 Februari 2016

Apa Perbedaan DIII Kebidanan, DIV Kebidanan, dan Profesi Bidan??

Mengulas kebingungan masyarakat terkait pendidikan bidan yang ada di Indonesia, perlu dicermati dengan baik bahwa masyarakat pengguna institusi pendidikan sebagai tempat mencari Ilmu harus cepat, tepat, dan pintar dalam memilih khususnya pendidikan kebidanan dengan segala issue yang ada.
 
Pahami terlebih dahulu beda pendidikan vokasi, akademik, dan profesi
  1. Pendidikan vokasi adalah sistem pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program pendidikan diploma I, diploma II, diploma III, dan diploma IV.
  2. Pendidikan akademik adalah sistem pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni tertentu, yang mencakup program pendidikan sarjana, magister, dan doktor.
  3. Pendidikan profesi adalah sistem pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang menyiapkan peserta didik untuk menguasai keahlian khusus.

Diploma III Kebidanan (DIII Kebidanan)
Jenjang pendidikan diploma III kebidanan masuk dalam pendidikan vokasi yang ditempuh dalam 6 - 8 semester pendidikan dengan gelar Amd.Keb. Sudah memiliki standar kompetensi yang ditetapkan oleh organisasi profesi dan bisa mengusulkan STR (Surat Tanda Registrasi) sesuai dengan KKNI Level 5

Pendidikan Diploma III Kebidanan masih menjadi favorit yang tersebar di banyak PTS (Perguruan Tinggi Negeri) maupun PTS (Perguruan Tinggi Swasta), namun perlu diperhatikan legalitas dari institusinya menghindari masalah di kemudian hari terkait pengakuan ijazah oleh Kemenristek Dikti, karena banyak institusi kebidanan yang ditutup oleh Dikti dengan alasan legalitas yang tidak diakui.

D4 Kebidanan
Jenjang pendidikan diploma 4 kebidanan masuk dalam pendidikan vokasi yang ditempuh dalam 8 - 10 semester pendidikan dengan gelar SST. D4 Kebidanan bisa ditempuh untuk percepatan ke jenjang magister S2 Kebidanan. 
D4 Kebidanan tidak bisa menjadi kualifikasi untuk menjadi pengajar atau Dosen karena Dosen minimal adalah S2.

D4 Kebidanan juga terselenggara di banyak pendidikan tinggi di Indonesia, dimana pendidikan di tempuh selama satu tahun setelah DIII Kebidanan dan atau selama 4 tahun untuk program 0 (nol) tahun dari SMA. Organisasi profesi belum mengeluarkan standar kompetensi untuk lulusan D4 Kebidanan sehingga dalam pelaksanaan Uji Kompetensi belum terakomodasi yang akan berdampak terhadap terbitnya STR. Lulusan D4 Kebidanan yang sebelumnya telah menyelesiakan studi DIII Kebidanan bisa mengikuti Uji Kompetensi dengan basic DIII nya dan diakui dalam level 5 sesuai level KKNI dan bisa mengusulkan STR.

Bagaimana dengan lulusan D4 Kebidanan 0 tahun yang belum mempunyai ijazah DIII?? Memang sampai sekarang belum terakomodir untuk mendapatkan STR. Saran pribadi penulis lulusan D4 Kebidanan 0 tahun bisa langsung melanjutkan studi S2 Kebidanan.

Profesi Bidan (S1 Kebidanan + Profesi)
Profesi bidan mungkin belum terlalu familiar di telinga masyarakat Indonesia, namun pendidikan akademik ini telah dibuka sejak tahun 2008. Profesi bidan sama dengan profesi lainnya (dokter, apoteker, ners) yang menempuh pendidikan akademik selama 8 - 10 semester dan melanjutkan program profesi untuk keahliannya selama 1 - 2 tahun. Gelar akademik untuk S1 Kebidanan adalah S.Keb (Sarjana Kebidanan) dan Gelar Profesi adalah Bd. (Bidan). Sudah memiliki standar kompetensi yang ditetapkan oleh organisasi profesi dan bisa mengusulkan STR (Surat Tanda Registrasi) sesuai dengan KKNI Level 7

Bagaimana dengan Profesi Bidan (D4 Kebidanan + Profesi)???
Ini masih menjadi bahan kajian untuk mengakomodir D4 Kebidanan yang sedang berjalan sekarang ini yang belum mendapat persetujuan dan rekomendasi dari organisasi profesi. Jenjang vokasi yang di integrasikan ke profesi harus melalui  tahapan martikulasi untuk menyelaraskan bidang keilmuan yang masih kurang. Jenjang vokasi DIII Kebidanan juga akan di akomodir untuk sampai ke pendidikan profesi.
Ilustrasi lama pendidikan Profesi Bidan :
  1. Profesi Bidan (S1 Kebidanan + Profesi) : dari SMA 4-5 tahun akademik + 1 - 2 tahun Profesi
  2. Profesi Bidan (D4 Kebidanan + Profesi) : D4 kebidanan (nol tahun) 4-5 tahun + Martikulasi 1 tahun + 1 - 2 tahun profesi
  3. Profesi Bidan (D3 + S1 Kebidanan + Profesi) : D3 Kebidanan 3 - 6 tahun  + Martikulasi 1 Semester + Akademik 3 Semester + 1 - 2 tahun profesi
  4. Profesi Bidan (D3 + D4 + Profesi) : D3 Kebidanan 3 - 6 tahun  + D4 1 tahun + Martikulasi  1 tahun + 1 - 2 tahun profesi
Semoga segera terealisasi dengan harapan pendidikan terbaik untuk pendidikan Kebidanan di Indonesia.







Kamis, 07 Agustus 2014

SEJARAH PENDIDIKAN BIDAN DI INDONESIA

Tahun 1851     :     Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi tidak berlangsung lama
Tahun 1902     :     Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi dibuka kembali
Tahun 1938-1939     :     Di Sekolah Bidan Budi Kemuliaan di Jakarta dan Mardi Waluyo Semarang dibuka Pendidikan “ Direct Entry” untuk Bidan, lulusan MULO/HBS selama 3 tahun. Para siswa boleh menempuh ujian Bidan setelah mendapat sertifikat Aspirant mantra juru rawat (Perawatan Umum).
Tahun 1950     :     Pendidikan Bidan, SMP + 3 tahun
Tahun 1954     :     Dibuka sekolah guru bidan
Tahun 1975-1984     :     Sekolah Bidan ditutup. IBI terus berjuang agar sekolah Bidan dibuka kembali
Tahun 1985     :     Dibuka Program Pendidikan Bidan Swadaya.
Tahun 1989     :     Crash Program Pendidikan Bidan A, SPK/Pengatur Rawat 1 tahun dan Penempatan Bidan di Desa.
Tahun 1993     :     Program Pendidikan Bidan B, Akper + 1 tahun hanya 2 angkatan.
Tahun 1993     :     Program Pendidikan Bidan C, SMP + 3 tahun di 11 Provinsi. Pada kongres VIII IBI di Surabaya, IBI mengeluarkan rekomendasi agar dasar pendidikan bidan SMU dan hal ini terus diperjuangkan.
Tahun 1994     :     Program Bidan PTT
Tahun 1996     :     Dibuka DIII Kebidanan
Tahun 2000     :     Dibuka program D-IV Bidan Pendidik
Tahun 2006     :     Dibuka S2 Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Tahun 2008     :     Dibuka S1 Pendidikan Bidan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Tahun 2009     :     Dibuka S1 Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Tahun 2011     :     Dibuka S2 Kebidanan di Universitas Andalas Padang dan Universitas Brawijaya.
Tahun 2012     :     Dibuka S2 Kebidanan di Universitas Hassanudin Makasar
Tahun 2013     :     Dibuka S1 Kebidanan di Universitas Andalas Padang

PERSEPSI, SIKAP, DAN PERILAKU SEKS DAN SEKSUALITAS ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (STUDI DESKRIPTIF DI SMA NEGERI 1 DAN 2 KOTA BIMA)



RINGKASAN

PERSEPSI, SIKAP, DAN PERILAKU SEKS DAN SEKSUALITAS ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (STUDI DESKRIPTIF DI SMA NEGERI 1 DAN 2 KOTA BIMA)

Linda Risyati

Remaja adalah suatu periode transisi yang sering kali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi khususnya seks dan seksualitas. Masalah dari penelitian ini adalah tingginya persentase remaja melakukan hubungan seksual dan terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan perilaku yang ditunjukkan remaja laki-laki dan perempuan terhadap perilaku seks ini dipengaruhi oleh persepsi dan sikap mereka terhadap seks dan seksualitas.Tujuan penelitian ini adalah  mempelajari perbedaan persepsi, sikap dan perilaku tentang seks dan seksualitas antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Negeri 1 dan 2 Kota Bima.
Penelitian ini adalah sebuah studi kualitatif.  Teknik pengambilan informan menggunakan snowball sampling dengan jumlah informan sebanyak 38 pelajar laki-laki dan perempuan. Data yang ditunjukkan diperoleh dari hasil  wawancara mendalam dan FGD (focus group discussion). Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data-data hasil interview dan FGD menggunakan model analisis interaktif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penelitian ini menghasilkan temuan-temuan tentang : (1)Persepsi remaja baik Laki-laki maupun perempuan mengenai seks dan seksualitas dipandang sebagai sesuatu yang negatif berkaitan dengan hubungan intim. Persepsi remaja laki-laki mengenai pergaulan remaja berperilaku seksual dipandang sebagai hal yang tidak tabu lagi, sementara remaja perempuan memandangnya sebagai sesuatu yang sudah sangat memperihatinkan sudah diluar norma dan adat istiadat. (2) Remaja laki-laki lebih tertarik mencari informasi tentang seks dan seksualitas daripada remaja perempuan dimana budaya, norma, dan larangan yang ada di masyarakat lebih banyak mengatur dan memberi batasan terhadap remaja perempuan daripada remaja laki-laki. Orang tua juga memberikan kontrol dan pemantauan yang lebih tinggi terhadap remaja perempuan daripada remaja laki-laki. (3) Remaja laki-laki menunjukkan sikap yang lebih permisif daripada perempuan terhadap hubungan seks sebelum menikah. (4) Perilaku seksual yang ditunjukkan remaja laki-laki dalam berpacaran, mengakses media pornografi, dan berhayal melakukan hubungan seksual lebih tinggi daripada remaja perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi remaja laki-laki dan perempuan terhadap seks dan seksualitas berbeda dipengaruhi oleh informasi seks dan seksualitas yang mereka dapat, budaya dan norma dalam masyarakat, situasi, dan pengalaman pacaran. Hal ini juga menyebabkan munculnya perbedaan sikap dan perilaku pada remaja laki-laki dan perempuan terhadap seks dan seksualitas. Untuk itu diperlukan pembicaraan terbuka mengenai informasi seks dan seksualitas kepada remaja.


Kata Kunci :   Persepsi, Sikap, Perilaku, Seks dan Seksualitas, Remaja Laki-laki dan Perempuan




ABSTRACT

PERCEPTION, ATTITUDE, AND BEHAVIOUR IN SEX AND SEXUALITY BETWEEN TEENAGE BOYS AND GIRLS (DESCRIPTIVE STUDY IN SMA NEGERI 1 AND 2 BIMA)

Linda Risyati

Teenage is a period of transition that often face the risk of reproductive health especially sex and sexuality.  The problem of this research is the high percentage of teenage having sex and there are significant differences between boys and girls, teenage boys doing it twice bigger than girls. Behavioral differences shown teenage boys and girls to sexual behavior was influenced by their perceptions and attitudes toward sex and sexuality. The purpose of this research is learning the differences in perception, attitude, and behavior sex and sexuality between teenage boys and girls in SMAN 1 and 2 Bima.
This research used qualilative method to describe perception, attitude, and behaviour boys and girls in sex and sexuality. Total sample in this research were consisting of 38 male and female students as a informant by using snowball sampling. The data obtained were collected by using indepth interview and FGD (focus group discussion). Technique of analysing data used was an interactive model of analysis encompassing three components : data reduction, data display, and conclusions drawing as well as verification.
The research found: (1) perceptions of teenage boys and girls about sex and sexuality were seen as something negative which was related to sexual intercourse. Perceptions of  teenage boys on sexual behavior of teens interaction were seen as being no longer taboo, while teenage girls see it as something that was very alarming, which was apart from norms and customs. (2) Teenage boys are more interested in looking for information about sex and sexuality than teenage girls who lived in a place where the culture, norms, and prohibitions existing in community organized and gave more restrictions on teenage girls than  boys. Parents also controlled and monitored teenage girls more intensively than they did on boys. (3) Teenage boys showed more permissive  attitudes than girls toward having sex before marriage. (4) Sexual  behavior of teenage boys was higher than girls.
The differences in perceptions of sex and sexuality between teenage boys and girls influenced by information that they can, culture and norms in society, the situation, and the experience of dating. Those also have the impact  to the differences attitudes and behaviors between teenage boys and girls toward sex and sexuality. Therefor, required disclosure of information about sex and sexuality for teenage.


Key words : Perception, Attitude, Behaviour, Sex and Sexuality, Teenage Boys and Girls
 

TEKNOLOGI KESEHATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN



Teknologi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan

Tahun 2014 adalah tahun dimana sedang terjadi perkembangan teknologi besar-besaran di segala bidang kehidupan. Ini terjadi secara global, seluruh dunia merasakan dampak dari teknologi. Teknologi banyak memberikan pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari manusia. Mulai dari pagi hingga menjelang tidur, masyarakat sangat familiar sekali dengan teknologi. Hadirnya teknologi di tengah-tengah masyarakat, tujuan utamanya adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat. Namun, apakah benar, teknologi seutuhnya memberikan kemudahan bagi penggunanya?
Sektor kesehatan saat ini juga mendapatkan perhatian dari hadirnya teknologi di dunia.  Dalam dunia kesehatan, khususnya kebidanan dan kedokteran, peralatan medis sudah mulai canggih, mesin-mesin yang dulunya hanya sederhana, sekarang sudah lebih rumit, dan lebih mutakhir. Mesin-mesin teknologi saat ini dikembangkan untuk dapat memberikan kemudahan, serta mendeteksi hal-hal yang lebih rumit dan detail. Terbukti banyak penemuan-penemuan penyakit baru karena kecanggihan teknologi. Kemudian, tidak sedikit teknologi dapat memberikan solusi untuk menangani kesulitan dalam menyelamatkan banyak nyawa. Hal ini menyebabkan tidak mengherankan bahwa dokter dan rumah sakit menggunakan lebih banyak teknologi pada wanita hamil dan melahirkan.

A.      Definisi
Midwife is a person who, having been regularly admitted to a midwifery educational program, duly recognized in the country in which it is located, has successfully completed the prescribed course of studies in midwifery and has acquired the requisite qualification to be registered and/or legally licensed to practise midwifery.
(Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan).
Recognized worldwide as being the person who is alongside and supporting women giving birth, has a key role in promoting the health and well-being of childbearing women and their families before conception, antenatally and postnatally, including family planning.

B.      Filosofi Bidan           
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :
1.       Keyakinan tentang kehamilan dan Persalinan. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
2.       Keyakinan tentang perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.
3.       Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
4.       Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan.
5.       Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada : pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan.
6.       Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis, emosional,sosial, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
7.       Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.
8.       Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatan.
9.       Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
10.   Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja.
11.   Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.

C.      Penilaian Tekhnologi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan
Kita hidup di era teknologi . Sejak kita berhasil pergi ke bulan ,kita percaya bahwa teknologi dapat melakukan segalanya untuk menyelesaikan semua masalah kita . Jadi tidak mengherankan bahwa dokter dan rumah sakit menggunakan lebih banyak teknologi pada wanita hamil dan melahirkan. Apakah itu memecahkan semua masalah yang bisa timbul saat melahirkan? Hampir tidak . Apakah meningkatnya penggunaan teknologi baru selama kehamilan dan kelahiran mengakibatkan mordibitas dan mortilitas bayi menurun? Di Amerika Serikat, dalam 30 tahun terakhir,belum ada penurunan jumlah bayi dengan cerebral palsy. Pembunuh terbesar dari bayi yang baru lahir adalah berat bayi lahir terlalu rendah, tetapi jumlah bayi yang lahir dengan berat bayi lahir rendah tidak menurun selama 20 tahun terakhir . Jumlah bayi yang meninggal saat masih dalam kandungan tidak menurun dalam lebih dari satu dekade. Sementara 10 tahun terakhir terlihat sedikit penurunan jumlah bayi yang meninggal selama minggu pertama kelahiran, data ilmiah menunjukkan peningkatan jumlah bayi yang bertahan hidup minggu pertama namun mengalami kerusakan otak permanen .
Apakahpeningkatan penggunaan teknologi dapat lebih banyak menyelamatkan nyawa wanita dalam kehamilan dan persalinan? Di Amerika Serikat data ilmiah menunjukkan bahwa tidak ada penurunan angka kematian ibu dalam persalinan selama 10 tahun terakhir. Bahkan , data terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah perempuan yang meninggal selama kehamilan dan kelahiran di Amerika Serikat. Jadi peningkatan penggunaan teknologi dalam proses persalinan tidak hanya menyelamatkan banyak nyawa perempuan tetapi juga membunuh banyak perempuan . Kemungkinan ini memiliki penjelasan ilmiah yang masuk akal : operasi caesar dan anestesi epidural telah banyak digunakan di negara ini dan kita tahu bahwa operasi caesar dan blok epidural dapat mengakibatkan kematian.Seksio sesarea dapat menyelamatkan nyawa ibu atau bayinya, namun dapat juga membunuh ibu atau bayinya karena setiap prosedur atau teknologi yang digunakan selama kehamilan dan kelahiran beresiko , baik untuk ibu dan bayi .
Kita seharusnya tidak terkejut dengan track record yang buruk dari penggunaan teknologi tinggi dalam proses kelahiran. Selama puluhan tahun di pertengahan abad ke-20 jumlah kematian bayi selama proses kehamilan dan persalinan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan bukan karena kemajuan medis, tetapi karena kemajuan sosial seperti berkurangnya tingkat kemiskinan, nutrisi dan  perumahan yang lebih baik . Yang paling penting , penurunan angka kematian adalah karena keluarga berencana , sehingga lebih sedikit perempuan yang mengalami kehamilan dan kelahiran . Perawatan medis juga bertanggung jawab dalam penurunan angka kematian, bukan karena intervensi teknologi tinggi tetapi karena kemajuan medis dasar, seperti penemuan antibiotik dan kemampuan untuk memberikan transfusi darah yang aman . Tidak pernah ada bukti ilmiah bahwa intervensi teknologi tinggi seperti penggunaan rutin pemantauan janin elektronik selama persalinan mengurangi angka kematian bayi .
Apa ini berarti bahwa menempatkan diri di tangan seorang dokter berteknologi tinggi dan rumah sakit berteknologi tinggi tidak menjamin kelahiran paling aman? Kita harus bertanggung jawab untuk kelahiran, termasuk keputusan untuk memilih teknologi yang digunakan pada ibu dan bayi. Ingat , teknologi tidak baik atau buruk dan bagaimana teknologi digunakan bisa baik atau buruk . Pesawat terbang dapat digunakan untuk membawa kita mengunjungi keluarga atau dapat digunakan untuk menjatuhkan bom pada perempuan dan anak-anak. Bagaimana teknologi digunakan selama kehamilan dan kelahiran sangat penting karena dapat membantu ibu dan bayi atau sebaliknya dapat membahayakan ibu dan bayi.
Antara 50% – 80% kelahiran di banyak rumah sakit Amerika melibatkan satu atau lebih prosedur bedah, bukti lebih lanjut bahwa dokter kandungan telah merubah kelahiran menjadi acara bedah. Prosedur tersebut meliputi obat-obatan untuk memulai atau mempercepat persalinan, episiotomy, forceps, vacuum extractor dan operasi caesar. Pada kenyataannya, prosedur bedah ini diperlukan hanya 20% dari semua kelahiran. Dan karena semua prosedur bedah membawa risiko, tingginya frekuensi penggunaan prosedur bedah tidak perlu dalam persalinan oleh dokter dapat meningkatkan moerdibitas dan mortilitas dalam proses kelahiran daripada proses persalinan yang dilakukan oleh bidan. Sejumlah besar laporan penelitian mendokumentasikan bahwa bidan menggunakan intervensi bedah jauh lebih sedikit daripada dokter.
Di Indonesia angka kejadian SC sekitar 30% di tahun 2002. Di RSCM Jakarta, sebagai rumah sakit pusat rujukan mempunyai angka kejadian rata-rata 41,2 % dengan 18 % diantaranya adalah kasus seksio sesarea elektif. WHO menetapkan standar rata-rata sectio caesarea di sebuah Negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira – kira 11 % sementara Rumah Sakit swasta bisa leih dari 30% (Gibbson L. etall, 2010). Menurut WHO peningkatan persalinan dengan section caesarea di seluruh Negara selama tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia. Di Indonesia angka kejadian section caesarea mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan section caesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar 45, 19 %, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan. Survei Nasional pada tahun 2009, 921.000 persalinan dengan secti dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluru persalinan.

D.      Cara Mendapatkan Teknologi yang Tepat
1.       Memilih Penolong Persalinan
Kemana kita pergi dalam keadaan hamil dan akan melahirkan dengan harapan mendapatkan penggunaan teknologi yang tepat untuk ibu, bayi, dan keluarga. Langkah pertama adalah datanglah ke pelayanan kesehatan professional selama kehamilan dan kelahiran. Kuncinya adalah untuk memilih penolong persalinan yaitu bidan, dokter keluarga, atau dokter kandungan.
Dokter kandungan di Amerika telah bekerja keras untuk meyakinkan publik bahwa mereka adalah yang paling aman dalammenolong semua persalinan, namun bukti ilmiah tidak mendukung mereka. Sebagai contoh, sebuah studi ilmiah besar yang diterbitkan pada tahun 1998 menemukan bahwa kelahiran di Amerika Serikat dalam satu tahun lebih dari empat juta kelahiran. Dibandingkan dengan dokter kehadiran bidan dalam pertolongan persalinan resiko rendah, penurunan angka kematian bayi baru lahir sebesar 33%, selain itu kehadiran bidan dalam proses persalinan 31% persalinan dengan bayi berat lahir rendah berkurang, yang berarti bayi dengan keterbelakangan dan kerusakan otak berkurang.
Tidak ada satu laporan dalam literatur ilmiah yang menunjukkan bahwa dokter kandungan lebih aman daripada bidan untuk risiko rendah dalam kehamilan dan kelahiran normal. Jadi jika kita adalah salah satu dari lebih dari 75% dari semua wanita dengan kehamilan normal, penolong persalinan paling aman adalah bukan dokter tapi bidan .
Salah satu alasan bidan umumnya merupakan pilihan yang lebih baik untuk menolong kelahiran daripada dokter kandungan karena bidan yang berada di rumah sakit selama persalinan saat dokter kandungan tidak. Ini adalah sebuah ironi yang luar biasa bahwa dokter kandungan menegaskan bahwa wanita yang menjadi kliennya harus melahirkan di rumah sakit, sementara dokter kandungan yang harus menolong kelahirannya tidak di rumah sakit .
Antara 50%– 80% kelahiran di banyak rumah sakit Amerika melibatkan satu atau lebih prosedur bedah, bukti lebih lanjut bahwa dokter kandungan telah merubah kelahiran menjadi acara bedah. Prosedur tersebut meliputi obat-obatan untuk memulai atau mempercepat persalinan, episiotomy, forceps, vacuum extractor dan operasi caesar. Pada kenyataannya, prosedur bedah ini diperlukan hanya20% dari semua kelahiran. Dan karena semua prosedur bedah membawa risiko , tingginya frekuensi penggunaan prosedur bedah tidak perlu dalam persalinan oleh dokter dapat meningkatkan moerdibitas dan mortilitas dalam proses kelahiran daripada proses persalinan yang dilakukan oleh bidan. Sejumlah besar laporan penelitian mendokumentasikan bahwa bidan menggunakan intervensi bedah jauh lebih sedikit daripada dokter
Bidan percaya pada tubuh perempuan ,mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan, menggunakan bantuan berteknologi rendah seperti terampil menggunakan tangan mereka , dan memahami pentingnya mempertahankan kondisi normal. Dokter secara umum , tidak percaya pada tubuh perempuan, tetapi percaya pada obat-obatan dan mesin, menggunakan bantuan teknologi tinggi , dan fokus menemukan kelainan. Ingat hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.

2.       Memilih Tempat yang Tepat untuk Melahirkan
Pastikan untuk menyelidiki di rumah sakit manapun sebagai pertimbangan untuk kelahiran. Apakah memiliki kebebasan untuk memiliki jenis kelahiran yang inginkan? Ingat , kebebasan berarti mengendalikan segala sesuatu yang terjadi pada diri kita. Tidak diberi persetujuan bukanlah suatu kebebasan. Dapatkah Anda mengundang siapa pun yang Anda ingin hadir saat persalinan? Beberapa rumah sakit akan membatasi siapa yang bisa Anda bawa. Sementara mereka bisa tanpa persetujuan terlebih dahulu menghadirkan sekelompok dokter pelatihan dalam proses persalinan. Banyak rumah sakit yang bersaing untuk pasien dan akan menyediakan fasilitas  " kamar bersalin " yang indah.Yang penting adalah bukan kursi yang emput dan tirai cantik tapi apakah kita mendapat pelayanan dengan control yang maksimal.
Selalu waspada bahwa rumah sakit berada di bawah kendali mutlak dokter dan peraturan yang mementingkan kenyamanan staf , bukan pasien. Rumah sakit dirancang untuk merawat orang sakit , dan karena seorang wanita dalam proses persalinan tidak sakit , banyak pelayanan di rumah sakit tidak sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu contoh sederhana : sebagian besar kelahiran mengambil dari 10 sampai 20 jam , di mana ada satu atau lebih pergantian staf , yang berada di delapan jam shift . Sementara data menunjukkan pentingnya luar biasa dari seorang wanita memiliki bantuan terus-menerus dari seseorang yang dia tahu selama persalinan nya , selama kelahiran rumah sakit Anda, Anda cenderung harus menghadapi satu atau lebih perubahan staf dan banyak orang asing yang datang ke dalam kamar Anda .
Tanyakan rumah sakit jika wanita hanya dibiarkan untuk tidur terlentang , tanyakan tingkat tidakan episiotomi , forsep dan bedah sesar di rumah sakit. Perencanaan jenis dan tempat persalinan harus direncanakan terlebih dahulu. Dalam hal ini Anda mungkin harus agresif untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan . Jangan takut untuk menuntut apa yang harus benar-benar menjadi hak Anda sebagai sebuah keluarga dan seorang wanita yang sedang dalam proses persalinan.

3.       Mendapatkan Informasi tentang Teknologi
Ketika mempertimbangkan apakah teknologi tertentu cocok untuk Anda , penting bahwa Anda memahami perbedaan antara fakta dan pertimbangan nilai. Kemungkinan menggunakan teknologi akan berefek baik dan kemungkinan bersfek buruk dan menimbulkan resikoadalah fakta yang dapat diukur secara ilmiah. Tapi manfaat dan keamanan adalah pertimbangan nilai tentang penerimaan peluang tersebut. Untuk menjadi tepat , baik manfaat dan keamanan teknologi harus dinilai oleh orang-orang pada siapa ia digunakan. Para ilmuwan dapat mengukur efektivitas dan risiko, tenaga kesehatan dapat menginformasikan kepada wanita tentang efektivitas dan resiko dari teknologi, namun yang memutuskan adalah pasien.
Setiap kali seseorang menyarankan menggunakan teknologi pada Anda , Anda harus meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat dalam mencari tahu apa yang kemungkinan Anda untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk . Ini adalah tugas dari setiap dokter , bidan atau perawat untuk memberikan informasi penuh pada dua kesempatan tersebut . Namun, Anda harus menerima tanggung jawab untuk mendapatkan informasi penuh karena Anda tidak dapat selalu mengandalkan penyedia layanan bersalin Anda menjadi sukarelawan informasi tersebut . Jika tidak datang dan lengkap , Anda harus menuntut itu . Setiap upaya harus dilakukan untuk mendapatkan penuh , informasi yang jujur ​​. Karena keinginan Anda dan keinginan dokter mungkin sering berbenturan , kadang-kadang sulit untuk mendapatkan informasi yang tidak bias . Terlalu sering , dokter memberikan hanya bagian dari informasi yang ia berpikir akan membuat Anda seorang pasien lebih sesuai yang akan setuju dengan apa pun dokter ingin da , oleh karena itu, menyarankan. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang tidak bias adalah untuk bersikeras melihat data ilmiah di balik setiap informasi yang diberikan Anda ." Tunjukkan data" adalah strategi yang kuat untuk memunculkan informasi yang lebih baik . Cara lain yang penting untuk mendapatkan informasi lebih berisi adalah untuk menuntut pendapat kedua , yang dapat , satu harapan , menyediakan sumber kedua informasi .
Untuk mencari tahu apakah teknologi tertentu mungkin akan membantu Anda disediakan oleh enam tabel di akhir sebuah buku oleh Enkin et al berjudul Petunjuk dalam  Perawatan Efektif dalam Kehamilan dan Persalinan . Semua intervensi yang paling umum digunakan selama kehamilan dan kelahiran diklasifikasikan sebagai berikut tergantung pada pemeriksaan yang seksama terhadap bukti ilmiah untuk setiap intervensi : 1) menguntungkan, 2) mungkin bermanfaat, 3) trade- off antara efek menguntungkan dan merugikan , 4) diketahui efektivitas, 5) tidak mungkin menguntungkan, 6) tidak efektif atau berbahaya . Pandangan sekilas pada tabel terakhir ini cukup informatif . Anda mungkin ingin memeriksa berapa banyak dari intervensi efektif atau berbahaya masih digunakan di setiap rumah sakit yang sedang Anda pertimbangkan .

4.       Informasi tentang Teknologi Selama Kehamilan
Kisah USG dimulai pada bulan Juli 1955 ketika seorang dokter kandungan di Skotlandia, Ian Donald, meminjam mesin ultrasound industri yang digunakan untuk mendeteksi kelemahan dalam logam dan mencobanya pada beberapa tumor, yang telah dihapus sebelumnya, menggunakan bistik sebagai kontrol. Ia menemukan bahwa tumor yang berbeda menghasilkan gema yang berbeda. Segera Donald menggunakan ultrasound tidak hanya untuk tumor abdomen pada wanita tetapi juga pada wanita hamil. Artikel muncul di jurnal medis, dan penggunaannya cepat menyebar ke seluruh dunia .
Pertanyaan yang diajukan oleh sebuah penelitian Amerika Serikat, ini menemukan sonogram bahwa dokter secara rutin melakukan pada wanita hamil yang sehat tidak ada bedanya bagi kesehatan bayi mereka. Setelah teknologi telah menyebar luas dalam praktek klinis, langkah berikutnya adalah bagi para pembuat kebijakan kesehatan untuk menerimanya sebagai perawatan standar dibiayai oleh sektor kesehatan resmi. Dalam menilai efektivitas USG pada kehamilan, adalah penting untuk membuat perbedaan antara penggunaan selektif untuk indikasi tertentu danpenggunaan rutin sebagai prosedur penyaringan. Pada dasarnya, USG telah terbukti berharga dalam beberapa situasi tertentu di mana diagnosis masih belum jelas setelah riwayat klinis sudah dipastikan dan pemeriksaan fisik telah dilakukan. Namun, mempertimbangkan apakah manfaat lebih besar daripada biaya menggunakan USG secara rutin, penelitian medis sistematis belum mendukung penggunaan rutin. Salah satu pembenaran yang paling umum diberikan hari ini untuk pemindaian ultrasound rutin untuk mendeteksi hambatan pertumbuhan dalam kandungan ( IUGR ).
Banyak dokter bersikeras bahwa USG adalah metode terbaik untuk identifikasi kondisi ini. Pada tahun 1986, tinjauan profesional 83 artikel ilmiah pada USG menunjukkan bahwa untuk deteksi retardasi pertumbuhan intrauterine, USG harus dilakukan hanya pada populasi berisiko tinggi. Dengan kata lain, tangan seorang bidan yang berpengalaman atau dokter merasa perut wanita hamil seakurat mesin ultrasound untuk mendeteksi IUGR. Kesimpulan yang sama dicapai oleh sebuah studi di Swedia membandingkan pengukuran berulang dari ukuran rahim oleh seorang bidan dengan mengulangi pengukuran ultrasonik ukuran kepala janin dalam 581 kehamilan. Laporan ini menyimpulkan : "Pengukuran ukuran rahim lebih efektif daripada pengukuran ultrasonik untuk diagnosis antenatal retardasi pertumbuhan intrauterin. Jika dokter terus mencoba untuk mendeteksi IUGR dengan USG , hasilnya akan false positif yang tinggi . Studi menunjukkan bahwa bahkan di bawah kondisi ideal, seperti tidak ada di kebanyakan rangkaian, ada kemungkinan bahwa lebih dari setengah dari waktu tes skrining IUGR positif menggunakan ultrasound dikembalikan, tes ini palsu, dan kehamilan sebenarnya normal. Implikasi dari hal ini adalah besar untuk memproduksi kecemasan pada wanita dan kemungkinan intervensi yang tidak perlu lebih lanjut. Ada masalah lain dalam skrining untuk IUGR. Salah satu prinsip dasar dari skrining adalah untuk layar hanya untuk kondisi yang Anda dapat melakukan sesuatu. Saat ini, tidak ada pengobatan untuk IUGR, tidak ada cara untuk memperlambat atau menghentikan proses pertumbuhan yang terlalu lambat janin dan mengembalikannya ke normal. Jadi sulit untuk melihat bagaimana screening untuk IUGR bisa diharapkan untuk meningkatkan hasil kehamilan. Kami menyimpulkan bahwa, dengan IUGR, kita hanya bisa mencegah sejumlah kecil menggunakan intervensi sosial ( gizi dan program penyalahgunaan zat ), sangat akurat dalam mendiagnosa itu, dan tidak ada pengobatan untuk itu. Jika ini adalah keadaan saat ini, tidak ada pembenaran bagi dokter menggunakan USG rutin selama kehamilan untuk pengelolaan IUGR . Penggunaannya harus dibatasi pada penelitian tentang IUGR .
Penggunaan USG dalam perawatan kehamilan adalah bisnis besar ,dan dalam bisnis besar pemasaran adalah yang paling penting . Sebagai hasil dari puluhan tahun pemasaran yang antusias, perempuan percaya bahwa mereka dapat menjamin kesejahteraan bayi mereka dengan melakukan USG awal dan deteksi dini masalah yang bermanfaat untuk bayi tersebut . Itu tidak selalu begitu , dan ada sejumlah studi yang menunjukkan bahwa deteksi dini dapat berbahaya.Sungguh ironis bahwa wanita yang pernah mengalami keguguran sebelumnya sering memiliki pemeriksaan USG tambahan untuk " meyakinkan " mereka bahwa bayi mereka berkembang dengan baik . Beberapa diberitahu tentang risiko keguguran atau persalinan prematur atau kelahiran. Dokter kandungan di Michigan ( Lorenz et al . , 1990) meneliti lima puluh tujuh perempuan yang berisiko melahirkan prematur. Setengah diberi pemeriksaan USG mingguan ; sisanya memiliki pemeriksaan panggul. Persalinan prematur adalah lebih dari dua kali lipat dalam kelompok yang diberikan USG (52%) dibandingkan dengan 25% yang tidak dilakukan USG. Meskipun jumlahnya kecil perbedaan itu tidak mungkin muncul secara kebetulan.
Sangat mungkin bahwa USG rutin akan diusulkan pada awal kehamilan . Ini menyajikan kesempatan yang sempurna untuk mengajukan beberapa pertanyaan " Bagaimanaresikonya? Apakah USG tersebut aman dilakukan secararutin?".Beberapa penelitian telah menunjukkan kemungkinan bahwa USG dapat menyebabkan pertumbuhan melambat janin saat masih di dalam rahim. Penelitian lain telah menunjukkan kemungkinan bahwa beberapa anak yang telah dipindai saat masih dalam rahim kemungkinan memiliki defisit neurologis ringan. Kita perlu studi yang lebih dari kedua kemungkinan ini. Tapi dari sudut pandang ilmiah, adalah mustahil untuk mengatakan hari ini bahwa pemeriksaan USG selama kehamilan benar-benar aman .Pertanyaan berikutnya ketika USG disarankan harus, "Apakah ada kesempatan yang lebih baik bagi janin bertahan selama kehamilan dan kelahiran jika scan ultrasound dilakukan? Sebuah studi besar di Amerika Serikat lebih dari 15.000 wanita hamil yanng menunjukkan tidak ada perbaikan dalam angka kematian bayi jika USG secara rutin digunakan selama kehamilan .
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam upaya untuk merangsang pemerintah untuk mengembangkan kebijakan tentang masalah ini, yang diterbitkan pernyataan berikut : "Organisasi Kesehatan Dunia menekankan bahwa teknologi kesehatan harus dievaluasi secara menyeluruh sebelum digunakan secara luas. Skrining USG selama kehamilan sekarang digunakan secara luas tanpa evaluasi yang cukup. Penelitian telah menunjukkan efektivitas untuk komplikasi kehamilan tertentu, tetapi materi yang dipublikasikan tidak membenarkan. Penggunaan rutin USG pada wanita hamil ada juga informasi yang cukup berkaitan dengan keamanan penggunaan USG selama kehamilan ada belum ada yang komprehensif, penilaian multidisipliner dari penggunaan USG selama kehamilan , termasuk : efektivitas klinis, efek psikososial, pertimbangan etis, implikasi hukum, biaya manfaat, dan keamanan. "WHO sangat mendukung prinsip pilihan informasi berkaitan dengan penggunaan Teknologi penyedia layanan kesehatan memiliki tanggung jawab moral : sepenuhnya untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui tentang ultrasound scanning selama kehamilan, dan sepenuhnya untuk menginformasikan setiap wanita sebelumnya. untuk pemeriksaan USG untuk indikasi klinis untuk USG, manfaatnya diharapkan, risiko potensial, dan alternatif yang tersedia, jika ada ."

5.       Informasi tentang Teknologi Selama Proses Kelahiran
a.       Section Caesaria
Karena situasi mungkin timbul selama kelahiran di mana batasan waktu membatasi kesempatan untuk mendapatkan informasi lengkap tentang teknologi atau prosedur yang diusulkan untuk digunakan, adalah bijaksana untuk melihat jauh sebelum tanggal persalinanmencari informasi tentang teknologi tertentu yang sering digunakan selama proses kelahiran. 20% atau lebih dari wanita di Amerika melahirkan dengan proses operasi Caesar. Anda memerlukan informasi mengenai teknologi ini sebelum proses melahirkan. Beberapa dokter kandungan yang begitu terpesona solusi teknis ini,mereka akan mempromosikan kelahiran dengan operasi Caesar lebih baik dari persalinan pervaginam, tanpa ada indikasi. Dengan alasan mempertahankan kondisi vagina sehingga tidak ada perubahan dalam hubungan seksual/vagina tetap ketat.
" Seberapa aman operasi caesar? "Kita berbicara tentang pembedahan perut besar yang membawa risiko besar. Dimulai dengan risiko terhadap wanita, dia memiliki empat sampai delapan kali kesempatan lebih besar untuk meninggal akibat operasi caesar daripada melahirkan pervaginam. Bahkan jika rutin dijadwalkan melakukan operasi sesar tanpa komplikasi medis sebagai alasan, membawa dua kali risiko lebih besar bahwa wanita akan meninggal akibat operasi  Bahkan jika wanita itu tidak mati, dia berada pada risiko berbagai komplikasi serius dari operasi, seperti pemotongan kandung kemihnya atau organ internal lainnya secara tidak sengakja dan kesempatan 20% dia akan mendapatkan infeksi sebagai akibat dari operasi.
Melakukan proses persalinan dengan operasi sesar juga mempengaruhi kemungkinan reproduksi masa depan wanita, karena melakukani operasi caesar berarti dia memiliki kesempatan untuk tidak hamil lagi. Dan jika dia hamil lagi , dia berada pada risiko yang lebih tinggi yang kehamilannya akan terjadi di luar rahimnya, suatu kondisi yang tidak akan pernah menghasilkan bayi hidup dan mengancam untuk wanita kehidupan. Jika pada kehamilan berikutnya dia berhasil mempertahankan kehamilan dan persalinan , dia juga lebih berisiko dua komplikasi serius selama kelahiran, yang keduanya dapat mengancam hidupnya sendiri dan kehidupan bayi : seperti plasenta previa dan solusio plasenta. .
Pada beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi caesar lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan per vaginam. Ini berdasar definisi kematian maternal/kematian ibu: kematian seorang ibu selama kehamilan dan atau dalam 42 hari setelah persalinan yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh kehamilannya.Angka kesakitan ibu/morbiditas adalah jumlah ibu yang menderita gangguan fungsi yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kehamilannya atau persalinannya. Hal ini dapat dilihat pada data yang diambil dari beberapa penulis mengenai risiko mortalitas dan letalitas pada persalinan dengan operasi caesar dan persalinan per vaginam.
MenurutBensons dan Pernolls (2009), angka kematian pada operasi caesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan per vaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan per vaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 persen dari seluruh angka kematian ibu. Komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan operasi caesar dengan frekuensi di atas 11 persen antara lain: cedera kandung kemih, cedera pada rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan dapat pula cedera pada bayi.
Tindakan sectio caesar ini memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Keuntungannya antara lain adalah proses melahirkan memakan waktu yang lebih singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir. Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu maupun bayi yang dikandungnya. Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain :
1)      Risiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan normal.
2)      Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan normal.
3)      Rasa nyeri dan penyembuhan luka pascaoperasi lebih lama dibandingkan persalinan normal.
4)      Jahitan bekas operasi berisiko terkena infeksi sebab jahitan itu berlapis-lapis dan proses keringnya bisa tidak merata.
5)      Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tak bersih.
6)      Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.
7)      Harus dicaesar lagi saat melahirkan kedua dan seterusnya.
8)      Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau bedah.
9)      Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan kematian mendadak saat mencapai paru-paru dan jantung.
Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain :
1)      Risiko kematian 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir melalui proses persalinan biasa.
2)      Cenderung mengalami sesak napas karena karena cairan dalam paru-parunya tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu keluar saat terjadi tekanan.
3)      Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang diberikan kepada sang ibu juga mengenai bayi.
Melihat risiko-risiko diatas, tentu akan lebih bijaksana bagi seorang ibu untuk tidak memilih melakukan tindakan operasi bila dapat melahirkan secara alamiah, hanya karena khawatir akan sakit saat proses melahirkan. Perlu diingat bahwa tindakan sectio caesar harus menjadi pilihan terakhir dalam memutuskan proses melahirkan yang akan dilakukan. Pemeriksaan dini dan teratur dalam masa kehamilan akan sangat membantu dalam mempersiapkan proses melahirkan yang aman dan nyaman bagi sang ibu.

b.    EpiduralAnasthesi
Telah terjadi epidemi yang tidak perlu bahwa proses kelahiran dengan operasi caesar merupakan solusi cepat untuk bedah kelahiran.Anastesi epidural adalah anastesi yang banyak digunakan umtuk operasi besar ini. Namun ahli anastesi mengembangkan penggunaan anastesi epidural untuk penghilang rasa sakit pada proses persalinan normal. Apakan penggunaan blok epidural ini aman?Epidurals dan spinals menawarkan bentuk yang paling efektif dari penghilang rasa sakit yang tersedia dalam pertolongan persalinan, dan wanita yang telah menggunakan analgesia untuk mengurangi rasa nyeri mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi terhadap metode ini, Namun, kepuasan tidak mengalami nyeri ini tidak tidak sama dengan kepuasan keseluruhan keseluruhan persalinan, selain itu ternyata epidural juga dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Secara signifikan penggunaan epidural mengganggu beberapa hormon utama persalinan, yang dapat mempunyai dampak negatif pada proses kelahiran.  WHO mengatakan bahwa analgesia epidural adalah salah satu contoh yang paling mencolok dari medikalisasi persalinan normal. yang, mengubah acara fisiologis menjadi prosedur medis. Epidural membuat produksi oksitosin alami dalam tubuh menurun bahkan hilang. Anestesi epidural juga melenyapkan ekskresi puncak oksitosin yang harusnya terjadi saat bayi dilahirkan.
Penelitian oleh Lieberman (1997 ) mengungkapkan bahwa demam intrapartum lebih besar dari 100.4 ° ​​F terjadi pada 14,5 persen wanita menerima epidural . Jika buruh berlangsung lebih lama dari 18 jam tingkat meningkat menjadi 36 persen . Tidak seorang dokter anak tunggal telah menyatakan keprihatinan tentang risiko ini. 23% , atau hampir satu dari empat wanita yang diberikan suntikan epidural akan mengembangkan komplikasi . Salah satu komplikasi yang tidak diinginkan adalah kematian. Tingkat kematian pada penggunaan suntikan epidural untuk menghilangkan nyeri pada persalinan normal tiga kali lebih tinggi daripada yang tidak mengunakan suntikan epidural. Satu dari setiap 500 hasil penggunaan epidural mengalami masalah neurologis sementara, seperti kelumpuhan pada wanita ; dan satu dari setiap setengah juta penggunaan  epidural , kerusakan saraf ini adalah permanen .
15%-20% dari semua wanita diberikan blok epidural mengalami demam yang menghasilkan kebutuhan yang tidak diinginkan dan pengobatan antibiotik untuk bayi .15%-35% dari semua wanita diberikan blok epidural tidak bisa buang air kecil dan harus dipasang kateter ke dalam kandung kemih mereka. 30%-40% dari semua wanita diberikan blok epidural memiliki sakit punggung yang parah selama berjam-jam atau hari setelah lahir , dan 20% masih memiliki sakit punggung yang parah satu tahun kemudian. Nyeri persalinan merupakan komponen penting dari mekanisme normal tubuh untuk kemajuan persalinan dan karena blok epidural menghilangkan rasa sakit yang diperlukan ini , epidural juga menghilangkan mekanisme normal untuk kemajuan persalinan. Dalam proses persalinan normal tidak mungkin lagi dengan blok epidural, ada empat kali lebih besar menggunakan forceps atau ekstraksi vakum dan setidaknya dua kali lebih banyak operasi caesar setelah blok epidural. Intervensi bedah ini , tentu saja membawa risiko mereka sendiri baik untuk ibu dan bayi. Jadi wanita memilih blok epidural untuk menghilangkan nyeri persalinan akan mengalami komplikasi, jika operasi caesar dilakukan, lebih sakit selama beberapa hari setelah melahirkan, serta peningkatan risiko untuk kedua dirinya dan bayinya .
8% - 12% penggunaan blok epidural mengakibatkan hipoksia janin berat dan kemungkinan kerusakan otak ringan sampai berat. Epidural blok membawa risiko lain yang ditemukan dalam banyak intervensi dan teknologi yang digunakan selama kelahiran : "Efek cascade" yang berarti bahwa penggunaan satu intervensi mengarah pada penggunaan intervensi lain, dan sebaliknya. Misalnya, seorang wanita diberi obat untuk memulai persalinan untuk mempercepat proses persalinan, ini menyebabkan kontraksi lebih menyakitkan. Hal ini pada gilirannya menyebabkan tawaran nyeri, biasanya dengan blok epidural, yang seperti telah kita lihat, menyebabkan peningkatan penggunaan forsep atau ekstraksi vakum, yang mengarah ke episiotomi atau operasi Caesar.
Inilah salah satu alasan penting mengapa penanganan persalinan secara fisiologis dan normal dengan persalinan pervaginam penting, dengan intervensi resiko yang lebih sedikit dan lebih amantidak benar bahwa bahwa obat yang diberikan untuk menghilangkan nyeri tanpa ada resiko. Padahal sebenarnya, ada banyak cara non - farmakologis untuk menghilangkan rasa sakit . Sebagai contoh, penelitian ilmiah telah membuktikan sejumlah teknik efektif dalam mengurangi rasa sakit persalinan normal, termasuk : kehadiran terus menerus penolong persalinan selama persalinan, kehadiran suami atau keluarga yang dicintai, duduk di bak air hangat atau berdiri, kebebasan untuk bergerak dan memilih posisi apapun, pijat,  akupunktur, reflexology . Tak satu pun dari teknik ini melibatkan risiko untuk wanita atau bayinya , dan mereka sering dipromosikan oleh bidan, tapi jarang dipromosikan oleh dokter.
Teknologi berbahaya lainnya selain dari yang telah disebutkan sering digunakan selama kelahiran , seperti penggunaan obat-obatan untuk memulai atau mempercepat persalinan , forceps atau ekstraksi vakum , dan pemotongan alat kelamin ( episiotomi ).

6.       Mengapa Gunakan Teknologi tidak perlu ?
Untuk memahami mengapa begitu banyak teknologi yang tidak perlu digunakan selama kehamilan dan kelahiran , perlu untuk memahami bagaimana teknologi ini digunakan. Pertama-tama kita harus bertanya , Apakah penggunaan teknologi baru didahului dengan evaluasi ilmiah, kemudian diikuti oleh persetujuan resmi untuk digunakan dan persyaratan untuk pendidikan dokter dalam penggunaannya? Sayangnya , kebenaran terletak pada arah lain. Sebuah contoh dari teknologi lahir baru sekarang cepat menyebar di Amerika Serikat akan menggambarkan realitas .
Beberapa tahun yang lalu obat generik dengan nama misoprostol ( Cytotec disebut oleh perusahaan obat yang memproduksi itu ) telah disetujui oleh Food and Drug Administration ( FDA ) sebagai obat resep yang digunakan untuk penyakit tertentu perut. Hal ini diketahui bahwa salah satu efek sampingnya adalah kram parah atau kontraksi rahim, dan untuk alasan ini label mengatakan itu tidak boleh digunakan pada wanita hamil. Obstetricians, mengemukakan bahwa jika diberikan pervaginam, Cytotec, karena efek samping dari kram rahim kekerasan , dapat menginduksi ( memulai ) atau mempercepat persalinan .
Jadi tanpa pengujian sebelumnya Cytotec untuk induksi persalinan, dokter kandungan mulai menggunakannya pada wanita melahirkan. Dokter di Internet mulai untuk menggambarkan pengalaman mereka dengan cara baru menginduksi persalinan . Seorang dokter menulis, "Saya harus mengatakan saya telah mendengar beberapa hal besar mengenai Cytotec sendiri. Hanya hati-hati, ternyata dapat melunakkan leher rahim." Beberapa penelitian telah muncul dalam jurnal kebidanan , tetapi semua studi terlalu kecil untuk memberikan bukti ilmiah yang memadai tentang penggunaan obat ini . Studi ini memang menunjukkan beberapa risiko, seperti kecenderungan untuk jantung janin mengalami takikardi, serta tanda-tanda lain gawat janin , dan robekan rahim dalam beberapa wanita. Sebuah tinjauan bukti ilmiah oleh badan ilmiah sangat bergengsi mengatakan bahwa karena kurangnya evaluasi ilmiah yang cukup dan laporan efek samping yang serius , penggunaan Cytotec untuk induksi persalinan " tidak dapat direkomendasikan untuk penggunaan rutin pada tahap ini . "
Fakta bahwa Cytotec tidak disetujui oleh FDA untuk induksi persalinan , tidak disetujui untuk digunakan ini oleh produsen obat ( yang masih menyatakan pada label bahwa tidak untuk diberikan kepada ibu hamil ) , tidak didukung baik oleh Amerika college of Obstetricians dan Gynecologists atau organisasi kebidanan , dan tidak disetujui oleh para ilmuwan untuk penggunaan rutin telah tidak memiliki efek yang jelas pada antusiasme yang dokter mulai menggunakannya. Dan tidak ada yang menghentikan dokter dari menggunakan Cytotec untuk ini " off label ", karena walaupun FDA harus menyetujui obat sebelum ia pergi di pasar , setelah berada di pasar untuk tujuan tertentu , dokter pun dapat menggunakannya dalam setiap dosis untuk tujuan apapun pada setiap pasien .
Setelah satu dokter kandungan di South Dakota bangga mengatakan kepada saya sambil makan siang bahwa ia adalah dokter pertama di masyarakat untuk menggunakan Cytotec untuk induksi persalinan dan sekarang mendesak dokter lain untuk menggunakannya , ia membenarkan dirinya : "Kami akan menunggu selamanya untuk birokrat di FDA di Washington , DC , untuk menyetujui obat , jadi kami harus mencoba mereka diri kita sendiri jika kita ingin kemajuan . " Ketika ditanya , ia mengaku ia tidak memberitahu perempuan untuk siapa ia memberikan Cytotec bahwa obat ini tidak disetujui untuk tujuan ini , juga tidak meminta informed consent . Dia mencemooh saran saya bahwa ia bereksperimen pada wanita tanpa sepengetahuan mereka , apalagi persetujuan mereka . Departemen Kesehatan Negara Oregon mengatakan kepada saya catatan mereka menunjukkan Cytotec menjadi cara paling umum menginduksi persalinan di negara itu , dan digunakan pada ribuan wanita bersalin.Penggunaan Cytotec perempuan melahirkan telah menyebar seperti api untuk alasan yang sangat sederhana.
Ultrasound scanning selama kehamilan dan pemantauan janin elektronik selama persalinan adalah contoh lebih lanjut dari pengenalan yang tidak terkendali dan penyebaran teknologi yang belum teruji. Ada kesenjangan yang besar antara apa yang kita ketahui untuk menjadi yang terbaik praktek perawatan bersalin ilmiah dan apa yang sebenarnya dilakukan. Akibatnya, tidak ada perlindungan konsumen kecuali litigas . Dokter menyalahkan pengacara dan wanita untuk fakta bahwa lebih dari 70 persen dari dokter kandungan Amerika telah digugat satu atau beberapa kali, tapi litigasi adalah satu-satunya cara seorang wanita dan keluarganya dapat melindungi diri terhadap malpraktek .Banyak motivasi di balik penggunaan teknologi dengan alasan non medis oleh dokter. Beberapa contoh , semua didukung oleh studi ilmiah, akan menggambarkan fakta ini. Studi akte kelahiran menunjukkan bahwa kelahiran lebih umum Senin sampai Jumat , 09:00-5:00 Satu-satunya penjelasan yang dapat diberikan adalah bahwa dokter dan rumah sakit menggunakan induksi persalinan untuk kenyamanan mereka sendiri. Lebih mengejutkan adalah data yang menunjukkan operasi caesar darurat terjadi paling sering pada hari kerja pada siang hari. situasi darurat yang membutuhkan pembedahan darurat dipengaruhi oleh kenyamanan staf.

E.       Peran Bidan dalam Dunia Kesehatan
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan, diantara keyakinan yang dianut, terdapat satu hal yang paling penting, yaitu keyakinan fungsi profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
Di negara-negara industri maju lainnya dimana bidan jauh melebihi jumlah dokter kandungan, pendekatan kebidanan membawa baik sebagai penyeimbang penting untuk pendekatan teknologi tinggi dari dokter kandungan dan rem teknologi yang tidak perlu . Sebagai contoh, sementara Amerika Serikat memiliki 35.000 dokter kandungan dan sekitar 5.000 bidan, Inggris memiliki 32.000 bidan dan kurang dari 1.000 dokter kandungan, dan di Indonesia pada tahun 2013 memiliki 141.148 anggota bidan dan 2.350 dokter kandungan. Para bidan mempromosikan penggunaan yang jauh lebih besar dari kurang invasif, kurang berisiko, dan pendekatan berteknologi rendah.
Bidan percaya pada tubuh perempuan, mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan, menggunakan bantuan berteknologi rendah seperti terampil menggunakan tangan mereka, dan memahami pentingnya mempertahankan kondisi normal. Dokter secara umum, tidak percaya pada tubuh perempuan, tetapi percaya pada obat-obatan dan mesin, menggunakan bantuan teknologi tinggi, dan focus menemukan kelainan. Ingat hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit. Bidan diharapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan :
  1. Selektif dalam memilih teknologi dalam pelayanan kebidanan
  2. Bidan tidak gampang terpancing untuk menggunakan teknologi
  3. Memberikan pain relief non farmakologi


DAFTAR PUSTAKA

Beech, B. 1999. Ultrasound : Weighing the Propaganda Against the Facts.  http://www.midwiferytoday.com/articles/ultrasoundbeech.asp

E. Declercq et al., Listening to Mothers: Report of the First U.S. National Survey of Women’s Childbearing Experiences (New York: Maternity Center Association, October 2002)

E. D. Hodnett, 2002. “Pain and Women’s Satisfaction with the Experience of Childbirth: A Systematic Review,” Am J Obstet Gynecol 186, Supplement 5: Nature.

G. R. Hamilton and T. F. Baskett, 2000. “In the Arms of Morpheus: The Development of Morphine for Postoperative Pain Relief,” Can J Anaesth 47, no. 4

Marilus, Esther. 2005.Epidural Anesthesia Leads to More C-Section. http://www.midwiferytoday.com/articles/epiduralstudy.asp

Salfariani, Siti Saidah, 2012. “Faktor Pemilihan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis di RSU Bunda Thamrin Medan”, dalam Jurnal USU, Medan: Fak. Keperawatan Univ. Sumatera Utara.

Wagner Marsden, 2000. Technology in Birth: First Do No Harm. http://www.midwiferytoday.com/articles/technologyinbirth.asp.

Wagner Marsden, 1999. Ultrasound : More Harm than Good.http://www.midwiferytoday.com/articles/ultrasoundwagner.asp